Misa Rabu Abu di Stasi YMY Liliba: Mengawali Prapaskah dengan Pertobatan dan Harapan

Umat Katolik Stasi YMY Liliba mengikuti Misa Rabu Abu dengan khidmat, diajak untuk merenungkan kefanaan dan memperbaharui komitmen iman di masa Prapaskah.

Kabar Baik22 Dilihat

Kupang, FIATMUNDI.COM – Gereja Katolik sedunia memasuki masa Prapaskah dengan perayaan Rabu Abu, termasuk umat Stasi Yesus Maria Yosef (Stasi YMY) Liliba, Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, Keuskupan Agung Kupang.

Misa Rabu Abu yang dijadwalkan pagi dan sore ini berlangsung penuh khidmat, menandai awal perjalanan rohani umat Katolik dalam masa pertobatan.

Sejak pukul 05.00 WITA, umat mulai berdatangan ke gereja untuk mengikuti misa pagi. Misa yang dimulai pukul 06.00 WITA ini dipimpin oleh Pater En Beoang, MSSCC. Membludaknya jumlah umat membuat panitia harus menambahkan ratusan kursi di gedung gereja baru yang masih dalam tahap pembangunan.

Rabu Abu: Pengingat Akan Kerapuhan dan Harapan

Dalam homilinya, Pater En Beoang mengangkat peristiwa kebakaran hebat di Los Angeles, California, beberapa bulan lalu akibat pemanasan global. Ia menggambarkan bagaimana banyak orang kehilangan rumah mereka, yang hanya menyisakan abu.

“Apa yang kita bangun, apa yang kita kumpulkan, bahkan diri kita sendiri akan menjadi abu. Ini menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang rapuh,” ungkapnya.

Ia menekankan bahwa Rabu Abu bukan sekadar ritual, tetapi sebuah pengingat akan kelemahan manusia serta panggilan untuk kembali kepada Tuhan. Masa Prapaskah adalah waktu untuk merenung dan bertobat, mengingat kembali tujuan hidup sejati.

“Menerima abu hari ini adalah simbol pertobatan atas kesombongan kita. Namun, masa Prapaskah juga adalah masa pengharapan, karena kita percaya pada kasih Tuhan yang penuh belas kasih,” tambahnya.

Masa Prapaskah: Memperbarui Komitmen Iman

Pater En juga mengingatkan bahwa Rabu Abu ibarat bunyi sangkakala yang mengajak umat untuk tidak menunda pertobatan. Ia menegaskan bahwa Kerajaan Allah tidak diperoleh dengan mudah, tetapi membutuhkan perjuangan untuk tetap kudus dan murni di hadapan Tuhan.

“Kita semua adalah calon jenazah. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan bahwa hidup ini fana dan harus kita jalani dengan penuh kesadaran,” tuturnya.

Mengutip Rasul Paulus, ia mengajak umat untuk berdamai dengan Allah dan menjalani Prapaskah dengan hati yang bersih. Dalam bacaan Injil, umat diingatkan untuk berdoa, berpuasa, dan bersedekah dengan tulus, bukan sebagai ajang pamer.

“Selamat memasuki Retret Agung. Mari kita berjalan dalam Prapaskah ini dengan penuh refleksi dan harapan,” pungkasnya.

Misa Rabu Abu ini menjadi awal dari perjalanan rohani yang mendalam, mengingatkan umat untuk kembali kepada Tuhan dengan hati yang bersih dan penuh pertobatan. Dengan abu di dahi sebagai simbol kefanaan, umat diajak menapaki jalan Prapaskah dengan penuh kesadaran, harapan, dan semangat pembaruan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed