KUB Santa Teresa dari Kalkuta Gelar Katekese APP 2025: Wujudkan Pertobatan Ekologis dan Aksi Nyata

KUB Santa Teresa dari Kalkuta menggelar Katekese APP 2025 dengan tema Pertobatan Ekologis. Umat berkomitmen menjaga lingkungan melalui aksi nyata berkelanjutan.

Katekese25 Dilihat

Kupang, FIATMUNDI.COM – Kelompok Umat Basis (KUB) Santa Teresa dari Kalkuta, Stasi Yesus Maria Yosef Liliba, Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, kembali menggelar pertemuan katekese dalam rangka Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025. Pertemuan ini mengusung tema “Pertobatan Ekologis: Peziarahan Pengharapan di Tahun Yobel 2025” dengan subtema minggu pertama “Pertobatan Ekologis Awal Adaptasi Perubahan Iklim”.

Bertempat di rumah keluarga Pius Toda, kegiatan ini dipandu oleh Goris Babo dan dihadiri oleh umat KUB yang secara aktif mendiskusikan isu-isu lingkungan. Fokus utama dalam pertemuan ini adalah refleksi mengenai keberlanjutan aksi nyata peduli lingkungan serta komitmen untuk menjaga ekosistem secara berkesinambungan.

Refleksi dan Realitas Lingkungan

Dalam sesi diskusi, peserta diajak menjawab tiga pertanyaan reflektif:

  1. Aksi nyata peduli lingkungan apa yang telah dilakukan sebelumnya tetapi tidak berlanjut?
  2. Apa dampaknya jika kepedulian terhadap lingkungan hanya dilakukan saat katekese?
  3. Bagaimana sikap umat terhadap perubahan iklim dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?

Bapak Agus Olapaon menyoroti ketidakpastian cuaca yang semakin sulit diprediksi akibat perubahan iklim. Ia mengutip pernyataan dosennya bahwa menipisnya lapisan ozon, salah satunya dipicu oleh penggunaan parfum secara masif.

Sementara itu, Frans Muga, sesepuh umat KUB Santa Teresa dari Kalkuta, menekankan bahwa masalah sampah memerlukan penanganan yang lebih serius. Ia membagikan pengalaman dari Ketua RT 41 Kelurahan Liliba yang sukses menjaga kebersihan lingkungan hingga mendapat predikat RT terbersih. Ia mengajak umat KUB untuk belajar dari praktik baik tersebut.

Goris Babo mengkritik lomba kebersihan yang sering kali hanya bersifat seremonial dan tidak berkelanjutan. Menurutnya, kesadaran kebersihan harus dimulai dari individu dan keluarga. Hal ini juga didukung oleh Lin Ndiwa yang berbagi kebiasaannya menyiapkan kotak sampah di setiap kamar serta mengumpulkan sampah plastik yang ditemukan di kantor atau gereja untuk dibuang dengan benar.

Inspirasi juga datang dari Regina, yang membagikan kebijakan unik di SDK Rosa Mystica. Di sekolah tersebut, setiap siswa membawa kantong sampah pribadi dari rumah dan membawa kembali sampah mereka setelah sekolah.

Aksi Nyata: Menuju Lingkungan yang Bersih dan Sehat

Banyak umat yang turut berbagi pengalaman dalam menangani sampah. Ibu Wiwin, misalnya, rutin mengumpulkan sampah plastik dan mengantarkannya ke Bank Sampah sebagai langkah kecil dalam mengurangi limbah rumah tangga.

Bapak Pius Toda mengungkapkan kekesalannya terhadap kebiasaan masyarakat yang membuang popok bayi sembarangan, sehingga sering kali terbawa oleh anjing ke rumah-rumah warga. Sementara itu, Erna Tara menyoroti perilaku para pembeli di kiosnya yang masih sering membuang sampah plastik sembarangan meskipun sudah tersedia tempat sampah.

Bapak Agus Jehani membagikan contoh inspiratif dari pembeli asal Bali di Toko Soekiran yang selalu membawa tas kain sendiri saat berbelanja, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Sebagai refleksi teologis, Ketua KUB Santa Teresa, Remy Kua, menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan dalam sebuah piramida. Dalam refleksinya, ia menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab iman yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan spiritual.

Komitmen Berkelanjutan: Sabtu Bersih dan Pengawasan Kolektif

Setelah sesi refleksi, umat menyusun rencana aksi konkret sebagai wujud pertobatan ekologis. Salah satu keputusan penting dalam pertemuan ini adalah menetapkan Sabtu Bersih, di mana setiap warga KUB wajib membersihkan lingkungan masing-masing.

Sebagai bentuk komitmen dan pengawasan, setiap anggota KUB diwajibkan mengunggah dokumentasi kegiatan bersih-bersih mereka di grup WhatsApp KUB. Langkah ini bertujuan untuk memastikan aksi nyata benar-benar diterapkan dan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan, bukan sekadar kegiatan temporer selama masa Prapaskah.

Pertemuan katekese ini tidak hanya menjadi wadah refleksi tetapi juga langkah awal dalam membangun kesadaran lingkungan yang lebih kuat di komunitas umat. Dengan komitmen bersama, KUB Santa Teresa berharap gerakan ini dapat membawa perubahan nyata bagi ekosistem dan kehidupan umat sehari-hari. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *